Senin, 05 Oktober 2015

Mengenal Filum Pyrrophyta


Pyrrophyta juga sering disebut tumbuhan api (fire plant) karena dapat menyebabkan pasang merah di laut. Timbulnya warna merah karena protista ini banyak mengandung karotenoid, sehingga penampakannya lebih sering berwarna emas, cokelat atau merah daripada berwarna hijau. Pyrrophyta atau dinoflagellata ini kebanyakan mempunyai vakuola kontraktilkloroplas, dan mempunyai klorofil a dan b.
Dinoflagellata autotrof merupakan tipe fitoplankton yang umum dijumpai. Mereka merupakan penghasil biomassa dan oksigen yang luar biasa. Beberapa Dinoflagellata yang bersifat fotosintetik, hidup bersimbiosis pada tubuh beberapa jenis karang, anemon laut, cacing pipih, dan kerang raksasa. Beberapa Dinoflagellata juga bersifat heterotrof. Mereka hidup dengan cara menelan materi organik dan sel-sel hidup lain. Selain itu, sebagian kecil Dinoflagellata dapat bersifat sebagai parasit pada tubuh berbagai hewan laut, contohnya Protogonyaulax catenella (Gambar 4.2).
Protogonyaulax catenella
Gambar 4.2. Salah satu contoh Pyrrophyta: Protogonyaulax catenella
Seperti halnya Euglenophyta, Pyrrophyta juga melakukan reproduksi hanya secara aseksual, yaitu dengan membelah diri, tetapi beberapa jenis dapat menghasilkan kista (stadium istirahat) yang bersifat seksual. Kista tersebut kemudian akan berkecambah menghasilkan individu baru pada kondisi yang cocok.
Dinoflagellata sering menyebabkan suatu fenomena menarik di laut, yaitu dapat menghasilkan warna laut yang tiba-tiba memerah. Fenomena ini sering disebut pasang merah atau “red tides”. Kondisi seperti ini mengandung suatu racun yang dihasilkan Dinoflagellata tertentu dan dapat meracuni ikan, kerang, dan kadang-kadang manusia. Pasang merah beracun biasanya dapat terjadi setelah kepadatan populasi Dinoflagellata tertentu meningkat tajam (blooming). Jenis Dinoflagellata yang dapat menghasilkan pasang merah beracun, di antaranya Gymnodinium dan Protogonyaulax. Toksin atau racun yang dihasilkan spesies-spesies tersebut biasanya bersifat racun saraf atau neurotoksin, atau dapat menyebabkan pecahnya sel darah merah. Racun tersebut dapat membunuh ikan, remis, dan kerang-kerangan. Pada keadaan lain, racun ini dapat terkumpul pada tubuh hewan laut tertentu tanpa menyebabkan kematian hewan tersebut. Namun, jika hewan laut tadi termakan oleh manusia, dapat terjadi keracunan pada manusia yang memakannya. Oleh karena itu, dan konsumsi kerang-kerangan sering dihindari pada saat musim panas, yaitu musim ketika populasi Dinoflagellata jumlahnya meningkat tajam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar