Terbentuk sejak abad ke-17, Jakarta merupakan
tempat bercampunya etnis, suku bangsa, dan percampuran latar belakang sosial
masyarakat yang berbeda, dimana masyarakat aslinya menggunakan bahasa Betawi
sebagai bahasa sehari-hari. Masyarakat homogen yang terbentuk secara alamiah
ini kemudian menjadi suku bangsa yang disebut dengan Orang Betawi.
Nama “Betawi” sendiri berasal dari nama yang
diberikan Belanda, yakni “Batavia”, dan mulai populer sebagai suku Betawi pada
1918 oleh Mohammad Husni Tamrin ketika mendirikan perkumpulan “Kaum
Betawi”. Namun merunut dari sejarahnya, Betawi atau Batavia ini menurut
Bunyamin Ramto terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian Tengah dan
Pinggiran.
Betawi bagian pinggiran atau yang lebih sering
disebut sebagai Betawi Ora ini juga terbagi dua, bagian uatara dan bagian
selatan. Betawi Ora adalah masyarakat Betawi yang didominsai oleh orang Jawa
dan dihuni juga oleh suku lainnya. Sebagian besar Betawi Ora ini adalah petani
yang menanam padi, pohon buah, dan sayur-mayur. Pada bagian utara, kawasan ini
meliputi Jakarta Utara, Barat, Tangerang yang juga dipenuhi oleh etnis Cina.
Adanya etnis Cina di wilayah ini berpengaruh pada kebudayaan daerah tersebut,
terutama kesenian. Bagian selatan meliputi daerah Jakarta Timur, Selatan,
Bogor, dan Bekasi yang pada daerah tersebut dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa
dan Sunda.
Perbedaan dua bagian wilayah ini juga berpengaruh
pada mata pencaharian masyarakatnya. Orang-orang pada Betawi tengah secara umum
bekerja sebagai pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, buruh, tukang
seperti meubel. Sedangkan pada orang-orang Betawi pinggiran mayoritas bekerja
sebagai petani, pemelihara ikan, bahkan akhir-akhir ini banyak yang melamar
jadi buruh pabrik.
Pluralisme yang terjadi pada masyarakat Betawi ini
pula berdampak pada bahasa yang digunakan. Sebagian besar penduduknya adalah
orang Jawa, Sumatra, Bugis, etnis Tionghoa, Belanda, Arab, Inggris, dan masih
banyak lagi, sehingga bahasa Betawi yang digunakan adalah campuran dari bahasa
Indonesia dan bahasa Melayu Sumatra atau Melayu Malaysia. Sten,
Masyarakat yang plural ini pada dasarnya menganut
berbagai kepercayaan, mulai dari Islam, Kriten,Protestan maupun Katolik, Hindu,
ataupun Budha. Tetapi dari sekian banyak agama yang ada di Betawai, Islam
memiliki pengaruh yang besar dan menjadi kepercayaan paling dominan disana. Hal
ini bahkan terlihat dari tata cara hidup masyarakat Betawi asli.
Betawi adalah suku yang multi kultural sehingga
prinsip yang diusung pada sistem kekerabatannya adalah adalah bilineal atau
menarik garis keturunan kepada pihak ayah dan pihak ibu. Saat melangsungkan
adat pernikahan sekalipun tergantung pada kesepakatan kedua belah pihak akan
menetap secara patriarki atau matriarki. Meskipun secara umum masyarakat Betawi
menyepakati sistem yang patriarki.
Sebagai ibu kota dan pusat informasi, Betawi tengah
maupun Betawi pinggiran tidak pernah tertinggal dari informasi maupun
perkembangan IPTEK. Sejak dahulu saja masyarakat Betawi sudah ketergantungan
pada alat yang diproduksi Jepang dan negara penjajah lainnya, seperti senjata
api, kapal laut, kompas, teropong, bahkan peralatan pabrik dan alat bercocok
tanam.Hal itu berlanjut hingga kini, bahkan melalui IPTEK ini pula muncul
informasi dan inovasi baru yang lahir dari masyarakat Betawi itu sendiri.
Berada pada pusat pemerintahan, memudahkan Betawi mengakses segala bentuk
informasi dan alat-alat pendukung yang berkaitan dengan teknologi. Betawi lahir
menjadi suku yang maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar