Salah satu tarian tradisional khas
Provinsi Jambi yang terkenal ialah Selampit
Delapan. Pergaulan muda-mudi di Jambi digambarkan dalam
tarian ini. Tari ini mempunyai nilai yang sangat penting dalam merekatkan
pergaulan.
Delapan kain selampit yang juga terdiri dari beragam warna menjadi simbol
pertautan pergaulan antar muda-mudi Jambi. Tarian ini dilakukan oleh delapan
orang penari (empat pasang penari) yang masing-masing memegang satu helai
selampit. Muda-mudi tersebut kemudian melakukan gerakkan menyilang dan merajut
selampit yang mereka genggam. Kemudian selampit itu menjadi satu tali yang
tersusun menjadi berbagai warna. Koreografi itulah yang melambangkan persatuan
antara muda-mudi Jambi di perlihatkan.
Dalam kesejarahannya, tarian ini pertama kali dikenalkan oleh seorang pegawai
Dinas Kebudayaan Provinsi Jambi pada tahun 1970-an, yaitu M. Ceylon saat ia
masih bertugas di dinas tersebut. Meskipun M. Ceylon bukan putra daerah Jambi,
namun kemampuan dan bakatnya dalam bidang seni tari telah membuat tarian ini
begitu di kenal di Jambi. Penciptaan tarian ini merupakan bentuk kecintaan yang
besar terhadap kesenian.
Kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan setempat membuat pria
kelahiran Padang Sidempuan, 7 Juli 1941 ini begitu baik sehingga kehidupan
muda-mudi Jambi mampu dimanifestasikan dan direpresentasikan ke dalam gerak
tari dengan baik pula. Aktivitasnya yang lebih banyak bergulat dalam bidang
kebudayaan menjadikan dirinya berhasil menangkap pesan terdalam dari pergaulan
masyarakat yang kemudian diolah menjadi sebuah karya seni bernama Tari Selampit
Delapan.
Seiring dengan berkembang dan populernya tarian ini, pemerintah Provinsi Jambi
menetapkan tarian ini sebagai tarian khas Provinsi Jambi. Sebelum menggunakan
kain selampit, awalnya tarian ini dimainkan oleh delapan orang dengan
menggunakan delapan sumbu kompor yang diikat atau digantung pada loteng. Nama
“Selampit Delapan” diambil dari delapan tali yang digunakan dalam tarian
tersebut. Hingga hari ini tak ada perubahan gerak dan komposisi tarian.
Kalaupun ada perubahan, perubahan tersebut tidak mengubah esensi dari tarian
ini, perubahan yang terjadi hanya sebatas untuk pemenuhan estetikanya saja.
Tujuan Tari Selampit pertama kali diperkenalkan untuk merekatkan hubungan
pergaulan antar pemuda. Suasana keakraban antar pemuda dapat terbangun dengan
baik melalui tarian ini. Kekompakan yang menjadi nilai dalam kehidupan
sehari-hari tercermin dalam setiap gerak dalam tari ini. Delapan muda-mudi yang
menari dalam tarian ini mengandung makna dalam bergaul, bahwa pergaulan yang
baik harus dilandasi oleh keimanan, saling menghargai, dan berperilaku
bijaksana. Tentunya pandangan ini tidak terlepas dari falsafah hidup masyarakat
Jambi yang memegang teguh nilai-nilai keimanan sebagai landasan dalam setiap
pergaulan.
Mula-mula para penari berjongkok sembil memberikan dalam kepada penontonnya.
Salam ini merupakan bentuk penghormatan kepada penonton sebelum memulai taraian
atau gerakan inti dilakukan. Bagian pembuka ini disebut Salam Pembuka.
Setelah itu, gerakan inti dilakukan. Syal atau selendang diambil oleh
masing-masing penari untuk selanjutnya bersiap melakukan gerakan inti.
Konfigurasi awal dimulai dengan membentuk lingkaran, lantas gerakn berputar pun
dilakukan. Selendang pun dirajut secara perlahan seiring dengan berputarnya
para penari. Gerakan ini dilakukan secara satu persatu dengan gemulai, sehingga
selendang tersebut menyatu menjadi lilitan yang estetik. Setelah syal menyatu
dengan indah, maka gerakan tari dilanjutkan dengan membuka rajutan syal.
Gerakannya pun dilakukan persis seperti gerakan awal saat membuat rajutan.
Posisi para penari kemudian kembali seperti awal, yaitu melingkar setelah
rajutan dalam proses dibuka. Para penari kemudian memainkan syal tersebut
dengan gerakan yang teratur dan dilakukan sampai selesai hingga syal kembali
terbuka seperti sedia kala.
Komposisi warna-warni selendeng membuat tarian ini begitu estetik ditambah lagi
dengan komposisi pakaian yang dipakai penarinya. Aneka warna pakaian
berkomposisi dalam sebuah tarian, yaitu biru, kuning, merah, dan merah muda
dengan warna syal yang senada. Warna-warna tersebut kelihatan estetik
dikolaborasikan dengan ikat pinggang yang terbuat dari sarung tenun khas Melayu
Jambi yang terajut dari sutra bersulam emas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar