Kain Tenun Doyo
Tenun
Doyo adalah kain tradisional dari hasil kerajinan tangan perempuan suku Dayak
Benuaq di Tanjung Isuy, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Sejak berabad-abad
silam suku Dayak Benuaq terkenal sebagai perajin tenun doyo. Tanjung Isuy
merupakan desa yang paling terkenal dengan sentra industri rumah tangga tenun
doyo di daerah Kalimantan Timur.
Bahan
baku yang dipakai untuk membuat kain tenun doyo diambil dari serat daun tanaman
doyo, sehingga dinamakan tenun doyo. Serat daun doyo diperoleh dengan cara memotong
daun doyo sepanjang 1 hingga 1,5 meter, lalu direndam ke dalam air sungai
hingga daging daun hancur. Setelah itu, daun yang sudah hancur dikerik
dengan menggunakan sebilah pisau bambu untuk memisahkan tulang tengah
daun doyo sehingga yang tersisa seratnya. Serat itulah yang dibuat benang oleh
perempuan suku Dayak Benuaq untuk ditenun dan kemudian diolah menjadi destar,
baju atau kemeja, celana pendek, dompet, kopiah, tas, hiasan dinding , dll.
Tenun
doyo memiliki warna dan motif yang beragam. Warna yang paling menonjol pada
tenun ini adalah warna merah, hitam dan coklat muda. Sementara itu, motif yang
sering digunakan adalah motif flora, fauna, dan alam mitologi. Bahkan
bahan baku pewarna motif tenun doyo di ambil dari biji buah glinggam, daun putri
malu, umbi kunyit dan getah kayu oter. Salah satu ciri khas tenun doyo dan yang
membedakan dengan tenun ikat di daerah-daerah lain adalah adanya titik-titik
hitam yang muncul pada bidang yang berwarna terang.
Penggunaan
motif dan ragam hias pada tenun doyo memiliki nilai estetika dan juga nilai
fungsional yang bersifat rohaniah. Begitupun dengan penggunaan warna tertentu
pada tenun ini memiliki makna simbolik. Misalnya, warna hitam pada destar dan
sarung atau kain panjang menandakan bahwa pemakainya memiliki kemampuan menolak
sihir hitam. Jika pada warna hitam itu terdapat garis-garis putih maka hal itu
menandakan bahwa pemakainya dapat mengobati segala bentuk sihir dan mengobati
berbagai penyakit.
Tenun
doyo dapat dipakai oleh kaum laki-laki maupun perempuan suku Dayak Benuaq dalam
kegiatan seperti upacara-upacara adat, tari-tarian, dan untuk pakaian
sehari-hari. Kain tenun doyo yang dikenakan sehari-hari biasanya berwarna
hitam, sedangkan pada upacara-upacara adat kain tenun diberi hiasan berwarna-warni
yang bermotif bunga dan dedaunan.
Tenun
doyo merupakan salah satu wujud ekspresi dari keyakinan masyarakat suku
Dayak Benuaq, di Kalimantan Timur. Tenun doyo dari Kalimantan Timur ini
sudah terkenal di Indonesia. Upaya untuk memperkenalkan tenun doyo di dunia
internasional terus dilakukan. Para desainer muda Indonesia bekerja sama dengan
pemerintah Kutai telah menggunakan Tenun Doyo sebagai bahan untuk baju-bjau
yang mereka ditampilkan di acara Fashion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar