Minggu, 01 November 2015

Tenun DOYO


Kain Tenun Doyo

Tenun Doyo adalah kain tradisional dari hasil kerajinan tangan perempuan suku Dayak Benuaq di Tanjung Isuy, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Sejak berabad-abad silam suku Dayak Benuaq terkenal sebagai perajin  tenun doyo. Tanjung Isuy merupakan desa yang paling terkenal dengan sentra industri rumah tangga tenun doyo di daerah Kalimantan Timur.




Bahan baku yang dipakai untuk membuat kain tenun doyo diambil dari serat daun tanaman doyo, sehingga dinamakan tenun doyo. Serat daun doyo diperoleh dengan cara memotong daun doyo sepanjang 1 hingga 1,5 meter, lalu direndam ke dalam air sungai hingga daging daun hancur. Setelah itu,  daun yang sudah hancur dikerik dengan menggunakan sebilah pisau bambu untuk memisahkan  tulang tengah daun doyo sehingga yang tersisa seratnya. Serat itulah yang dibuat benang oleh perempuan suku Dayak Benuaq untuk ditenun dan kemudian diolah menjadi destar, baju atau kemeja, celana pendek, dompet, kopiah, tas, hiasan dinding , dll.

Tenun doyo memiliki warna dan motif yang beragam. Warna yang paling menonjol pada tenun ini adalah warna merah, hitam dan coklat muda. Sementara itu, motif yang sering digunakan adalah motif flora, fauna, dan alam mitologi.  Bahkan bahan baku pewarna motif tenun doyo di ambil dari biji buah glinggam, daun putri malu, umbi kunyit dan getah kayu oter. Salah satu ciri khas tenun doyo dan yang membedakan dengan tenun ikat di daerah-daerah lain adalah adanya titik-titik hitam yang muncul pada bidang yang berwarna terang.

Penggunaan motif dan ragam hias pada tenun doyo memiliki nilai estetika dan juga nilai fungsional yang bersifat rohaniah. Begitupun dengan penggunaan warna tertentu pada tenun ini memiliki makna simbolik. Misalnya, warna hitam pada destar dan sarung atau kain panjang menandakan bahwa pemakainya memiliki kemampuan menolak sihir hitam. Jika pada warna hitam itu terdapat garis-garis putih maka hal itu menandakan bahwa pemakainya dapat mengobati segala bentuk sihir dan mengobati berbagai penyakit.

Tenun doyo dapat dipakai oleh kaum laki-laki maupun perempuan suku Dayak Benuaq dalam kegiatan seperti upacara-upacara adat, tari-tarian, dan untuk pakaian sehari-hari. Kain tenun doyo yang dikenakan sehari-hari biasanya berwarna hitam, sedangkan pada upacara-upacara adat kain tenun diberi hiasan berwarna-warni yang bermotif bunga dan dedaunan.

Tenun doyo merupakan salah satu wujud ekspresi dari keyakinan  masyarakat suku Dayak Benuaq, di Kalimantan Timur. Tenun doyo dari Kalimantan Timur ini sudah terkenal di Indonesia. Upaya untuk memperkenalkan tenun doyo di dunia internasional terus dilakukan. Para desainer muda Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Kutai telah menggunakan Tenun Doyo sebagai bahan untuk baju-bjau yang mereka ditampilkan di acara  Fashion.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar